Gaya Kepemimpinan Rumah Sakit “RS” Dalam Respon Tanggap Pandemi Covid-19

Gaya Kepemimpinan RS Era Pandemi

Dari catatan sejarah pandemi terus akan berulang. Sejarah menunjukkan bahwa sejak 3000 sebelum masehi (SM) sudah terjadi pandemi dan berakibat sangat fatal. Situs arkeologi Hamin Mangha di China bagian utara menjadi bukti bahwa pernah terjadi pandemi di jaman pra sejarah. Wabah Athena terjadi pada 430 SM dan menimbulkan ratusan ribu korban jiwa. Antonine Plague terjadi di era Kekaisaran Romawi Tahun 165-180 dan wabah ini menjadi awal keruntuhan Kerajaan Romawi. Wabah Cyprian terjadi tahun 250-271 dan melanda wilayah Eropa Tengah sampai dengan Mesir. Selanjutnya terjadi wabah Justinian pada tahun 541—542 di wilayah Kerajaan Byzantium dan wabah ini juga menjadi pertanda awal jatuhnya Kerajaan Byzantium. Black Death adalah nama wabah yang ditimbulkan oleh bakteri Yersinia Pestis dan menimbulkan kematian yang sangat besar di Asia dan Eropa pada tahun 1346-1353.

Sejarah mengingatkan bahwa pandemi akan terus berlangsung, berulang, dan berjangkit/menular ke seluruh dunia dengan berbagai macam agen penularan. Namun akibat yang ditimbulkan selalu sama, yaitu: tingginya angka kesakitan dan kematian dalam jumlah yang sangat besar. Sistem Kesehatan pada situasi normal difungsikan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui interaksi sinergis komponen – komponen sistem kesehatan. Efektifitas sistem kesehatan terus mengalami ujian oleh karena banyaknya perubahan kebijakan untuk menghadapi berbagai tantangan yang terjadi di lapangan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem kesehatan wajib merespon pandemi COVID-19, sembari terus menjaga terselenggaranya pelayanan kesehatan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Saat itu kepemimpinan memegang peranan penting dalam mengelola rumah sakit sebagai institusi penyelenggaran pelayanan kesehatan.

Pengalaman menunjukkan bahwa rumah sakit adalah organisasi bisnis yang bergerak di bidang pelayanan jasa dengan banyak keunikan yang tidak ditemukan pada organisasi atau bisnis lainnya. Rumah sakit juga dikenal sebagai badan usaha yang padat karya, padat modal, padat teknologi dan padat konflik secara internal dan eksternal. Situasi ini menyebabkan rumah sakit sangat membutuhkan fleksibilitas organisasi dan kepemimpinan yang kuat sehingga tetap dapat bertahan dan berdaya saing, secara khusus pada saat situasi pandemi COVID-19 yang terjadi sekarang ini. Pandemi COVID-19 telah menambah kerumitan dan konflik yang harus dihadapi rumah sakit seperti kelangkaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis dan perawat, kurangnya pemahaman tentang tata cara pengobatan dan penanganan pasien COVID-19, penurunan kunjungan pasien yang drastis karena kebijakan pemerintah dalam memutus rantai penyebaran dan informasi yang simpang siur tentang penularan COVID-19 kepada masyarakat.

Pandemi adalah situasi ketidakpastian; tidak pasti siapa yang dihadapi; tidak pasti kapan akan berakhir; dan tidak pasti penanganan yang tepat. Setiap saat selalu terjadi dinamika yang dalam perkembangan bisnis yang harus beradaptasi dengan cepat. Bisnis rumah sakit  dihadapkan pada situasi bergejolak yang memiliki karakteristik “VUCA”, (Volatility (perubahan); Uncertainty (ketidakpastian); Complexity (kompleksitas); Ambiguity (ketidak-jelasan). Rumah sakit memerlukan strategi untuk menyesuaikan diri dan meningkatkan kemampuan belajar agar dapat tetap bertahan. Sehingga dalam situasi saat ini yang dibutuhkan adalah mengeksplorasi dan membangun konsep fleksibiltas rumah sakit dan kepemimpinan VUCA (Vision (visi), Understanding (pemahaman), Courage (keberanian), Adaptibility (kemampuan beradaptasi) sebagai strategi alternatif bagi rumah sakit dalam mengantisipasi cepatnya perubahan yang terjadi.